Rabu, 02 September 2020

Menyusun Teks Eksposisi Mandiri Pangan

Pada kegiatan menyusun teks eksposisi dapat dilakukan dengan menyusun teks yang telah dibaca. Tiap-tiap kelompok terdiri atas 3—5 siswa. Tiap kelompok diharapkan menggunakan kata-kata sendiri tanpa mengurangi isi teks tersebut. Tiap kelompok diharapkan menyusun tulisan atau karangan antara 12—15 kalimat. Dalam menyusun teks itu tiap kelompok dapat menggunakan alat kohesi leksikal maupun kohesi gramatikal. Di samping itu, juga harus memanfaatkan konjungsi, antara lain, penambahan, perbandingan, waktu, sebab akibat, dalam susunan kalimat kompleks (kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat).

Kohesi merupakan aspek-aspek yang membentuk sebuah wacana sehingga wacana tersebut menjadi utuh. Kohesi akan muncul apabila interpretasi suatu unsur tergantung pada unsur lain dalam suatu teks atau wacana. Kohesi dibagi menjadi dua bagian, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

A. Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal adalah kepaduan yang dicapai melalui pemilihan kosakata. Kohesi leksikal itu dapat terbentuk, antara lain, dengan pengulangan, sinonim, antonim, dan hiponim.

1. Repetisi (pengulangan)
Repetisi merupakan pemunculan bentuk yang sama yang mengacu ke makna yang sama dalam suatu wacana. Berikut ini adalah contoh adanya bentuk pengulangan di dalam teks yang bersifat sebagai penegas. Contoh :
Apa kau sudah gila Tuti? Sekarang kau mau minjam uang lagi. Apa kau sudah gila!
2. Sinonim
Sinonim merupakan persamaan arti tetapi memiliki bentuknya berbeda. Contoh :
Pola hidup masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa. Cara keseharian mereka disibukkan dengan pekerjaan kantor dan sebagainya.
3. Antonim
Antonim adalah lawan kata. Suatu wacana yang dinamis juga sering menempatkan kohesi leksikal secara fleksibel dan variatif dengan mempertentangkan makna yang berlawanan. Contoh :
Meskipun dia langit dan kamu bumi. Cinta sejati tidak akan memandang apapun.
4. Hiponim
Hiponim adalah hubungan kata-kata yang bersifat generik ke kata-kata yang lebih spesifik. Penggunaan hiponim dimaksudkan untuk menghindari pengulangan kata-kata yang sama muncul dan membentuk suatu medan makna.  Contoh :
Bayam, kangkung, dan kol. Semua sayuran itu adalah makanan yang bergizi.

B. Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah kepaduan yang dicapai dengan penggunaan elemen dan aturan gramatikal. Kohesi gramatikal, antara lain, dapat terbentuk melalui pengacuan, substitusi, dan elipsis.

1. Referensi
Referensi adalah hubungan antara simbol dengan benda yang diacu. Referensi merupakan hubungan antara kata dengan benda yang diterangkannya. Artinya suatu kalimat mengacu pada kalimat lainnya dengan satu referensi yang sejalan. Terdapat yang diacu dengan yang mengacu. Contoh :
Pukul 01.00 malam Wawan baru pulang. (b) Dengan bejingkat-jingkat dia memasuki kamarnya. (c) Tentu saja dia mengharap ibunya tidak terbangun. (d) Tapi memang dasar sial, Bu Romlah terbangun juga. (e) Dia bangkit dari ranjangnya dan dengan mata yang masih setengah tertutup menyalakan lampu.
Dari (a) sampai ke (c), dia dan nya mengacu ke Wawan. Pada kalimat (d) muncullah acuan lain yakni Bu Romlah. Karena makna tiap-tiap kata dan kalimat pada (d) dan (e) terbentuklah acuan yang baru. Di saat itu, dia dan –nya mengacu ke Bu Romlah, dan bukan ke Wawan lagi.

2. Pronomina
Pronomina dalam bahasa Indonesia adalah (1) kata ganti diri, seperti saya, aku, kita, kami, kalian, engkau, anda, dll, (2) kata ganti penunjuk, seperti ini, itu, sini, situ, sana, di sini, di situ, dll, (3) kata ganti empunya, seperti –ku, -mu, -nya, dll, (4) kata ganti penanya, seperti apa, siapa, mana, dll, (5) kata ganti penghubung, dalam bahasa indonesia adalah yang, (6) kata ganti tak tentu, seperti siapa-siapa, masing-masing, sesuatu, seseorang, dan para.

3. Subtitusi
Subtitusi adalah proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu. Subtitusi dalam bahasa Indonesia bersifat nominal, verbal, klausa, atau campuran, seperti sama, seperti itu, sedemikian rupa, begitu, melakukan hal yang sama, dan lain-lain. Contoh:
Tahun lalu kami mengunjungi candi Prambanan. Hari ini tepat setahunnya, kami kembali melakukan hal yang sama.
4 Elipsis
Elipsis merupakan peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa. Elipsis dibedakan menjadi elipsis nominal, elipsis verbal, dan elipsis klausal. Contohnya dapat dilihat dalam dialog berikut:
A       : Mau pergi kemana Bud?
B       : Ke sekolah.
Dalam kalimat jawab yang seharusnya adalah Saya mau pergi ke sekolah, tetapi dalam contoh dialog di atas tidak demikian.

5. Konjungsi
Konjungsi adalah yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, serta paragraf dengan paragraf. Konjungsi terdiri atas, (1) konjungsi koordinatif, seperti dan, atau, tetapi. (2) konjungsi subordinatif, seperti meskipun, kalau, sebelum, supaya, sebab, dll. (3) konjungsi korelatif, seperti entah, baik, maupun, dan lain-lain.
Struktur TeksParagraf
TesisDengan berbagai teknologi intensifikasi sederhana, pekarangan dapat menjadi sumber bahan pokok makanan seperti beras, sayur-mayur, dan ikan(1). Dengan kegiatan ini, kebutuhan masyarakat akan makanan pokok yang bernilai gizi tinggi diharapkan dapat terpenuhi(2). Alasan pemanfaatan pekarangan sebagai sumber bahan makanan pokok adalah sebagai berikut(3).
ArgumentasiPertama, aneka tanaman sayur-mayur, seperi kacang panjang, cabai, kangkung darat, dan terong, misalnya, dapat ditanam di media selain tanah(4). Khusus untuk kangkung darat dapat dibudidayakan di bumbung bambu yang disulap menjadi semacam pot (5). (membandingkan) Tetapi budidaya kangkung darat dalam bumbung bambu membutuhkan perawatan khusus (6). Tanaman terong, kencur, dan jahe, dapat dibudidayakan di media kantong plastik dan pot (7).

Sementara itu, sumber karbohidrat, seperti jagung, ketela pohon, ubi jalar dapat ditanam di pekarangan, (sebab akibat) karena tanaman ini tidak membutuhkan lahan yang luas (8). Untuk pencukupan pupuk, kotoran ternak kambing dan sapi yang menjadi piaraannya dapat dimanfaatkan untuk pupuk alami, (waktu) setelah kotoran ternak tersebut diolah menjadi kompos(9).

Selanjutnya, untuk (repetisi) sumber protein lain, pekarangan juga bisa dimanfaatkan menjadi kolam ikan yang mudah dipelihara, seperti lele, mujair, kakap (10). Di samping sebagai makanan sehari-hari, (repetisi) sumber protein seperti ikan bisa juga dijual ke masyarakat untuk meningkatkan penghasilan (11).

Melalui pembimbingan teknologi tepat guna, (hiponim) hasil panen itu dapat diolah menjadi aneka jenis komoditas pangan olahan skala rumah tangga(12).(hiponim) Ubi singkong dan pisang, misalnya, dapat diolah menjadi keripik (penambahan) dan juga dapat diolah menjadi bermacam-macam produk jajanan (13).
PenegasanDengan demikian, pekarangan dengan sedikit sentuhan teknologi tepat guna dapat mewujudkan kecukupan pangan masyarakat(14).